Feridin 45

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

Menanya merupakan aktivitas / kegiatan bertanya yang berbentuk kalimat tanya merupakan kalimat yang mengandung makna sebuah pertanyaan. 

Arti Kalimat tanya adalah kalimat yang berisi pertanyaan / pernyataan kepada pihak lain yang bertujuan untuk memperoleh jawaban dari pihak yang ditanya.

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.


Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik

Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri norma hukum? Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciri-ciri norma hukum!

Fungsi dari Bertanya, diantaranya :
  1. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topikpembelajaran.
  2. Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
  3. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.
  4. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.
  5. Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
  6. Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
  7. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
  8. Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
  9. Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.


Kriteria Pertanyaan yang Baik, diantaranya :

1.   Singkat dan jelas. Contoh: 
  • Seberapa jauh pemahaman Anda mengenai faktor-faktor yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang?
  • Faktor-faktor apakah yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang? Pertanyaan kedua ini lebih singkat dan lebih jelas dibandingkan dengan pertanyaan pertama.

2.   Menginspirasi jawaban. Contoh: 
  • Membangun semangat kerukunan umat beragama itu sangat penting pada bangsa yang multiagama. Jika suatu bangsa gagal membangun semangat kerukukan beragama, akan muncul aneka persoalan sosial kemasyarakatan.
  • Coba jelaskan dampak sosial apa saja yang muncul, jika suatu bangsa gagal membangun kerukunan umat beragama?

Dua kalimat yang mengawali pertanyaan di muka merupakan contoh yang diberikan guru untuk menginspirasi jawaban peserta didik menjawab pertanyaan

3.   Memiliki fokus. Contoh: 

Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya kemiskinan? 

Untuk pertanyaan seperti ini sebaiknya masing-masing peserta didik diminta memunculkan satu jawaban. 

Peserta didik pertama hingga kelima misalnya menjawab: kebodohan, kemalasan, tidak memiliki modal usaha, kelangkaan sumber daya alam, dan keterisolasian geografis. Jika masih tersedia alternatif jawaban lain, peserta didik yang keenam dan seterusnya, bisa dimintai jawaban. Pertanyaan  yang luas seperti di atas dapat dipersempit, misalnya: Mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan? Pertanyaan seperti ini dimintakan jawabannya kepada peserta didik secara perorangan.

4.   Bersifat probing atau divergen. Contoh: 
  • Untuk meningkatkan kualitas hasil belajar, apakah peserta didik harus rajin belajar?
  • Mengapa peserta didik yang sangat malas belajar cenderung menjadi putus sekolah? 

Pertanyaan pertama cukup dijawab oleh  peserta didik dengan Ya atau Tidak. Sebaliknya, pertanyaan kedua menuntut jawaban yang bervariasi urutan jawaban dan penjelasannya, yang kemungkinan memiliki bobot kebenaran yang sama.

5.   Bersifat validatif atau penguatan

Pertanyaan dapat diajukan dengan cara meminta kepada peserta didik  yang berbeda untuk menjawab pertanyaan yang sama. Jawaban atas pertanyaan itu  dimaksudkan untuk memvalidsi atau melakukan penguatan atas jawaban peserta didik sebelumnya. Ketika beberapa orang peserta didik telah memberikan jawaban yang sama, sebaiknya guru menghentikan pertanyaan itu atau meminta mereka memunculkan jawaban yang lain yang berbeda, namun sifatnya menguatkan. Contoh:

Guru                     : “Mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan”?
Peserta didik I      : “Karena orang yang malas lebih banyak diam ketimbang bekerja.”
Guru                     : “Siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”
Peserta didik II     : “Karena lebih banyak diam ketimbang bekerja, orang yang malas tidak produktif”
Guru                      : “Siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”
Peserta didik III  : “Orang malas tidak bertindak aktif, sehingga kehilangan waktu terlalu banyak untuk bekerja, karena itu dia tidak produktif.”
Dan seterusnya.

6.   Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang.

Untuk menjawab pertanyaan dari guru, peserta didik memerlukan waktu yang cukup untuk memikirkan jawabannya dan memverbalkannya dengan kata-kata. Karena itu, setelah mengajukan pertanyaan, guru hendaknya menunggu beberapa saat sebelum meminta atau menunjuk peserta didik untuk menjawab pertanyaan itu. 

Jika dengan pertanyaan tertentu tidak ada peserta didik yang bisa menjawah dengan baik, sangat dianjurkan guru mengubah pertanyaannya. Misalnya: 
  • Apa faktor pepicu utama Belanda menjajah Indonesia?; 
  • Apa motif utama Belanda menjajah Indonesia? 

Jika dengan pertanyaan pertama guru belum memperoleh jawaban yang memuaskan, ada baiknya dia mengubah pertanyaan seperti pertanyaan kedua.

7.   Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif

Pertanyaan guru yang baik membuka peluang peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang makin meningkat, sesuai dengan tuntunan tingkat kognitifnya. Guru mengemas atau mengubah pertanyaan yang menuntut jawaban dengan tingkat kognitif rendah ke makin tinggi, seperti dari sekadar mengingat fakta ke pertanyaan yang menggugah kemampuan kognitif  yang lebih tinggi, seperti pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kata-kata kunci pertanyaan ini, seperti: apa, mengapa, bagaimana, dan seterusnya.

Tingkatan (level) Pertanyaan


Tingkatan-tingkatan pertanyaan, yaitu :

1.  Kognitif yang lebih rendah - Pengetahuan (knowledge) :
  • Apa...?
  • Siapa...?
  • Kapan...?
  • Di mana...?
  • Sebutkan...
  • Jodohkan atau pasangkan...
  • Persamaan kata...
  • Golongkan...
  • Berilah nama...
  • Dan lain-lain.

2.  Kognitif yang lebih tinggi - Analisis (analysis) :
  • Analisislah...
  • Kemukakan bukti-bukti…
  • Mengapa…?
  • Identifikasikan…
  • Tunjukkanlah sebabnya…
  • Berilah alasan-alasan…

3.  Sintesis (synthesis) :
  • Ramalkanlah…
  • Bentuk…
  • Ciptakanlah…
  • Susunlah…
  • Rancanglah...
  • Tulislah…
  • Bagaimana kita dapat memecahkan…
  • Apa yang terjadi seaindainya…
  • Bagaimana kita dapat memperbaiki…
  • Kembangkan…

4.  Evaluasi (evaluation) :
  • Berilah pendapat…
  • Alternatif mana yang lebih baik…
  • Setujukah anda…
  • Kritiklah…
  • Berilah alasan…
  • Nilailah…
  • Bandingkan…
  • Bedakanlah…

5.  Mengevaluasi :
  • Temukan inkonsistensi atau kesalahan…
  • Tentukan apakah suatu proses/produk memiliki konsistensi…
  • Temukan efektivitas suatu prosedur…

6.  Mencipta :
  • Buatlah hipotesis berdasarkan kriteria …
  • Rencanakan (proposal) penelitian tentang…
  • Ciptakan/buat suatu produk…


Sumber https://www.gurumapel.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Artikel bisnis dan investasi
Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

Pengamatan atau observasi adalah aktivitas yang dilakukan makhluk cerdas, terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian.

Di dalam penelitian, observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar dan rekaman suara.


Metode mengamati / observasi mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning).

Metode ini memiliki keunggulan  tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya.

Dalam pelaksanaannya, proses mengamati memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.

Namun metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik karena peserta didik yang terlibat dalam proses mengamati akan dapat menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Langkah-Langkah Mengamati / Observasi adalah :
  1. Menentukan objek apa yang akan diobservasi
  2. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi
  3. Menentukan  secara jelas  data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder
  4. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
  5. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar
  6. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

Jenis Jenis Observasi, di antaranya:
  1. Observasi biasa (common observation). 
  2. Observasi terkendali (controlled observation). 
  3. Observasi partisipatif (participant observation). 
  4. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
  5. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.
  6. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

Kegiatan observasi  dalam proses pembelajaran meniscayakan keterlibatan peserta didik secara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk keterlibatan peserta didik dalam observasi :

1.   Observasi biasa (common observation)

Pada observasi biasa untuk kepentingan pembelajaran,peserta didik merupakan subjek yang sepenuhnya melakukan observasi (complete observer). Di sini peserta didik sama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati.

2.   Observasi terkendali (controlled observation)

Seperti halnya observasi biasa, pada observasi terkendali untuk kepentingan pembelajaran, peserta didiksama sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Mereka juga tidak memiliki hubungan apa pun dengan pelaku, objek, atau situasi yang diamati. Namun demikian, berbeda dengan observasi biasa, pada observasi terkendalipelaku atau objek  yang diamati ditempatkan pada ruang atau            situasi yang dikhususkan. Karena itu, pada pembelajaran dengan observasi terkendali termuat nilai-nilai percobaan atau eksperimen  atas diri pelaku atau objek yang diobservasi.

3.   Observasi partisipatif (participant observation)

Pada observasi partisipatif, peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku atau objek yang diamati. Sejatinya, observasi semacam ini paling lazim dilakukan dalam penelitian antropologi khususnya etnografi. Observasi semacam ini mengharuskan peserta didik melibatkan diri pada pelaku, komunitas, atau objek yang diamati. Di bidang pengajaran bahasa, misalnya, dengan menggunakan pendekatan ini berarti peserta didik hadir dan “bermukim” langsung di tempat subjek atau komunitas tertentu dan pada waktu tertentu pula untuk  mempelajari bahasa atau dialek setempat, termasuk melibakan diri secara langsung dalam situasi kehidupan mereka.

Selama proses pembelajaran, peserta didik dapat melakukan observasi dengan dua cara pelibatan diri. Kedua cara pelibatan dimaksud  yaitu observasi berstruktur dan observasi tidak berstruktur, seperti dijelaskan berikut ini :

1.   Observasi berstruktur

Pada observasi berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh peserta didik telah direncanakan oleh secara sistematis di bawah bimbingan guru.

2.   Observasi  tidak berstruktur

Pada observasi yang tidak berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, tidak ditentukan secara baku atau rijid mengenai apa yang harus diobservasi oleh peserta didik. Dalam kerangka ini, peserta didik membuat catatan, rekaman, atau mengingat dalam memori secara spontan atas subjek, objektif, atau situasi yang diobservasi.

Prinsip-rinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik selama observasi pembelajaran adalah :

1.   Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran.

2.   Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas subjek, objek, atau situasi yang diobservasi. Makin banyak dan hiterogensubjek, objek, atau situasi yang           diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu dilakukan. Sebelum obsevasi dilaksanakan, guru dan peserta didik sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan.

3.  Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan sejenisnya,  serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi



Sumber https://www.gurumapel.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Artikel bisnis dan investasi
Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

Pembelajaran Kolaboratif atau Collaborative Learning adalah situasi dimana terdapat dua atau lebih orang belajar atau berusaha untuk belajar sesuatu secara bersama-sama.

Tidak seperti belajar sendirian, orang yang terlibat dalam collaborative learning memanfaatkan sumber daya dan keterampilan satu sama lain (meminta informasi satu sama lain, mengevaluasi ide-ide satu sama lain, memantau pekerjaan satu sama lain, dll).


Lebih khusus, collaborative learning didasarkan pada model di mana pengetahuan dapat dibuat dalam suatu populasi di mana anggotanya secara aktif berinteraksi dengan berbagi pengalaman dan mengambil peran asimetri (berbeda).

Dengan kata lain, collaborative learning mengacu pada lingkungan dan metodologi kegiatan peserta didik melakukan tugas umum di mana setiap individu tergantung dan bertanggung jawab satu sama lain.

Hal ini juga termasuk percakapan dengan tatap muka dan diskusi dengan komputer (forum online, chat rooms, dll.). Metode untuk memeriksa proses collaborative learning meliputi analisis percakapan dan analisis wacana statistik.

Ada empat sifat kelas atau pembelajaran kolaboratif. Dua sifat berkenaan dengan perubahan hubungan antara guru dan peserta didik. Sifat ketiga berkaitan dengan pendekatan baru dari penyampaian guru selama proses pembelajaran. Sifat keempat menyatakan isi kelas atau pembelajaran kolaboratif.

1.   Guru dan peserta didik saling berbagi informasi,
2.   Berbagi tugas dan kewenangan,
3.   Guru sebagai mediator,
4.   Kelompok peserta didik yang heterogen.

Contoh - Contoh Pembelajaran Kolaboratif


A. Model Pembelajaran Card Sort (Sortir Kata)

Guru ingin mengajarkan tentang konsep, penggolongan sifat, fakta, atau mengulangi informasi tentang objek. Untuk keperluan pembelajaran ini dia menggunakan media sortir kartu (card sort).  Prosedurnya dapat dilakukan seperti berikut ini :
  1. Kepada peserta didik diberikan kartu indeks yang memuat informasi atau contoh yang cocok dengan satu atau lebih katagori.
  2. Peserta didik diminta untuk mencari temannya dan menemukan orang yang memiliki kartu dengan katagori yang sama.
  3. Berikan kepada peserta didik yang kartu katagorinya sama menyajikan sendiri kepada rekannya.
  4. Selama masing-masing katagori dipresentasikan oleh peserta didik, buatlah catatan dengan kata kunci (point) dari pembelajaran tersebut yang dirasakan penting.

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Sortir Kata / Card Sort :
  1. Motivasi
  2. Membagi kertas berisi tulisan secara acak
  3. Menempelkan induk tulisan di papan tulis
  4. Mengelompokkan siswa sesuai kelompok
  5. Menyesuaikan dengan induk kata
  6. Presentasi 
Kartu disimpan di atas meja, siswa di suruh ke depan satu persatu, dan mencocokkan anak kata dengan kuncinya.

B. Model Pembelajaran Tim Siswa Kelompok Prestasi (Student Teams Achievement Divisions / Stad)

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Tim Siswa Kelompok Prestasi (Student Teams Achievement Divisions / STAD) adalah  :
  1. Menyajikan pelajaran (presentasi).
  2. Belajar dalam tim:
    • Bagi siswa dalam kelompok (terbagi habis).
    • Tugaskan untuk menguasai materi yang telah dipresentasikan.
    • Bagikan LKS aatu materi lain.
    • Anjurkan pada tiap tim bekerja dalam duaan atau tigaan (anjurkan saling mengecek)
    • Beri penekanan, mereka tidak boleh mengakhiri sebelum yakin seluruh anggota paham/menjawab benar 100%.
    • Pastikan siswa memahami bahwa LKS itu untuk belajar – bukan hanya untuk diisi dan dikumpulkan.
    • Berikan lembar kunci jawaban LKS.
    • Berikan kesempatan saling menjelaskan jawaban, tidak hanya mencocokkan.
    • Bila ada pertanyaan, mintalah dulu kepada teman, baru ke guru.
    • Pada saat siswa bekerja dalam tim, berikan penguatan.
  3. Berikan kuis:
    • Beri waktu cukup.
    • Jangan biarkan bekerjasama.
    • Kumpulkan hasil atau mintalah bertukar jawaban (memeriksa hasil).
  4. Buatlah skor individu dan skor tim.
  5. Pengakuan kepada prestasi tim.

C. Model Pembelajaran Jigsaw (Model Tim Ahli)

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Tim Ahli / Jigsaw, yaitu :
  1. Siswa dikelompokkan (4 orang).
  2. Setiap siswa diberi materi yang berbeda.
  3. Setiap siswa membaca tugas bagiannya.
  4. Siswa yang memiliki nomor sama berkumpul dalam satu kelompok (tim ahli).
  5. Siswa kembali ke kelompok semula.
  6. Secara bergantian mempresentasikan hasil jawaban tim ahli kepada teman lainnya, semua anggota kelompok mencatat hasil.
  7. Kesimpulan – penguatan dari guru

Pelaksanaan teknik Jigsaw dalam kegiatan pembelajaran:
  1. Menginformasikan kompetensi dasar secara jelas.
  2. Menginformasikan tema/topik ………………. disertai penjelasan singkat atau meminta  siswa mengamati, membaca, dan lain-lain, yang sama sesuai tema/ topik ...…………
  3. Menempatkan siswa secara heterogen dalam kelompok kecil (kelompok koopratif):
    • Kelas dibagi menjadi ……….. kelompok.
    • Tiap kelompok terdiri dari ………. siswa.
  4. Menyampaikan tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa:
    • Tugas individu sebanyak …….. tugas (sesuai jumlah siswa tiap kelompok).
    • Tugas kelompok sebanyak ……… tugas (sesuai jumlah kelompok).
  5. Meminta siswa menemui anggota kelompok lain yang mempunyai tugas individu yang sama  untuk:
    • Belajar bersama.
    • Menjadi ahli informasi.
    • Merencanakan cara memberikan informasi.
  6. Meminta siswa untuk kembali ke kelompok kooperatif (………. serangkai):
    • Berbagai informasi (sesuai tugas individu).
    • Mengerjakan tugas kelompok.
  7. Meminta kelompok menginformasikan hasil tugas kelompok dilanjutkan tanggapan dari kelompok lain.
  8. Pembenaran/pelurusan hasil kerja kelompok.

D. Model Pembelajaran Group Investigation (Sharan, 1992)

Model pembelajaran Group Investigation merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Langkah-langkah penerapannya adalah :
  1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen 
  2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok 
  3. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
  4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif  yang bersifat penemuan 
  5. Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok 
  6. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan 
  7. Evaluasi
  8. Penutup


EModel Pembelajaran Cooperative Integrated Reading  And Composition (Circ) Kooperatif Terpadu Membaca Dan Menulis (Steven & Slavin, 1995)

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading  And Composition (CIRC)  :
  1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen
  2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
  3. Peserta didik bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada selembar kertas
  4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
  5. Guru membuat kesimpulan bersama
  6. Penutup 


F. Model Pembelajaran Inkuiri Dasar

Langkah-langkah pembelajaran Inkuiri Dasar, yaitu :
  1. Pengalaman awal : Kegiatan eksplorasi.
  2. Pertanyaan : Mengajukan pertanyaan dan pembelajaran dikembangkan seputar pertanyaan.
  3. Alternatif : Mengusulkan sejumlah alternatif yang masuk akal untuk menjawab pertanyaan (alternatif jawaban yang lain juga mungkin muncul pada tahap pengumpulan data selanjutnya.
  4. Data : Mengumpulkan data setiap alternatif jawaban yang diajukan.
  5. Sintesis :Menarik kesimpulan dengan memilih alternatif jawaban terbaik atas pertanyaan yang dikaji.
  6. Menilai kesimpulan : Menilai/mengukur apakah kesimpulan itu bisa menjawab pertanyaan  dengan   pas.
  7. Mengemukakan kesimpulan : Menyusun laporan dan presentasi kesimpulan.




Sumber https://www.gurumapel.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Artikel bisnis dan investasi
Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

A. MENGAMATI (OBSERVING)

Metode mengamati / observasi mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan  tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Dalam pelaksanaannya, proses mengamati memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.


Namun metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik karena peserta didik yang terlibat dalam proses mengamati akan dapat menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.


B. MENANYA (QUESTIONING)

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.

Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik

Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri norma hukum? Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciri-ciri norma hukum!


3. MENALAR (ASSOCIATING)

Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata emiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.  

Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. 

Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara :
  1. Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum.
  2. Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.
  3. Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau   hierarkis, dimulai dari yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi).
  4. Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
  5. Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki.
  6. Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman.
  7. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.
  8. Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.


4. MENCOBA (EKSPERIMEN / EXPERIMENTING)

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, misalnya,peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. 

Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari. 

Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: 

1.   menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum;
2.   mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; 
3.   mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; 
4.   melakukan dan mengamati percobaan; 
5.   mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data;
6.   menarik simpulan atas hasil percobaan; 
7.   membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar maka : 

1.   Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan murid 
2.   Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan 
3.   Perlu memperhitungkan tempat dan waktu 
4.   Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid 
5.   Guru membicarakan masalah yanga akan yang akan dijadikan eksperimen 
6.   Membagi kertas kerja kepada murid
7.   Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan 
8.   Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal. 

5. MEMBENTUK JEJARING PEMBELAJARAN / PEMBELAJARAN KOLABORATIF (NETWORKING)

Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama. 

Untuk mengetahui definisi & contoh model pembelajaran kolaboratif Kurikulum 2013, serta langkah-langkah penerapan model pembelajaran Card Sort, Tim Siswa Kelompok Prestasi, Jigsaw, Group Investigation, CIRC, dan Inkuiri Dasar selengkapnya, silahkan baca pada artikel selanjutnya.

Demikian share singkat mengenai langkah-langkah pembelajaran pada implementasi kurikulum 2013. Semoga bermanfaat dan terimakasih.



Sumber https://www.gurumapel.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Artikel bisnis dan investasi
Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

Dalam implementasi kurikulum 2013, guru tidak hanya sekedar membiarkan peserta didik memperoleh/mengkonstruk pengetahuan sendiri, namun guru memberi setiap bantuan yang diperlukan oleh peserta didik, seperti : bertindak sebagai fasilitator, mengatur/mengarahkan kegiatan-kegiatan belajar, memberi umpan balik, memberikan penjelasan, memberi konfirmasi, dan lain-lain.


Peran guru dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik  pada implementasi kurikulum 2013 adalah sebagai berikut :

1. Tahap mengamati

Membantu peserta didik menemukan/mendaftar/menginventarisasi apa saja yang ingin/perlu diketahui sehingga dapat melakukan/menciptakan sesuatu.

2. Tahap Menanya

Membantu peseserta didik merumuskan pertanyaan berdasarkan daftar hal-hal yang perlu/ingin diketahui agar dapat melakukan/menciptakan sesuatu. 

3. Tahap Mencoba/mengumpulkan data (informasi)

Membantu peserta didik merencanakan dan memperoleh data/informasi untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan. 

4. Tahap Mengasosiasikan/menganalisis/mengolah data (informasi)

Membantu peserta didik mengolah/menganalisis data/informasi dan menarik kesimpulan.

5. Tahap Mengkomunikasikan

Manager, pemberi umpan balik, pemberi penguatan, pemberi penjelasan/ informasi lebih luas.

6. Tahap Mencipta

memberi contoh/gagasan, menyediakan pilihan, memberi dorongan, memberi penghargaan, sebagai anggota yang terlibat langsung.



Sumber https://www.gurumapel.com/

Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

Artikel bisnis dan investasi